Wednesday, March 15, 2017

agribisnis ekonomi

agribisnis ekonomi

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan menjadi  faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana yang tidak saja berada di pedesaan (baca : kota). Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan Berangkat dari kondisi tersebut perlu disusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian yang kokoh dan tangguh, artinya pembangunan  yang dilakukan harus didukung oleh segenap komponen secara dinamis, ulet, dan mampu mengoptimalkan sumberdaya, modal, tenaga, serta teknologi sekaligus mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian harus berdasarkan asas ‘keberlanjutan’ yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi (Wibowo, 2004). Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu. Konsep perencanaan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional karena perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis dari rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu. Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan lebih efektif dan efesien. Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan. Untuk memberhasilkan pembangunan ekonomi nasional melalui pengembangan sektor agribisnis, kita perlu menemu-kenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang dihadapi sektor agribisnis nasional. Dengan menmu-kenali hal-hal tersebut, kita dapat merumuskan strategi untuk menghadapinya dan mempercepat pembangunan sektor agribisnis dari kondisi saat ini menuju kinerja sektor agribisnis yang diharapkan. Pengembangan sektor agribisnis di masa depan, khususnya menghadapi era globalisasi, akan menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik, perubahan lingkungan ekonomi Interansional, baik karena pengaruh lieberalisasi ekonomi maupun karena perubahan-perubahan fundamental dalam pasar produk agribisnis internasional. Struktur agribisnis, untuk hampir semua komoditi, dewasa ini masih tersekat-sekat. Struktur agribisnis yang tersekat-sekat ini dicirkan oleh beberapa hal yaitu : Pertama, agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif dan terdiri atas beberapa subsistem, yaitu (a) subsistem pertanian hulu, (b) subsistem budidaya pertanian, (c) subsistem pengolahan hasil pertanian, (d) subsistem pemasaran hasil pertanian, dan (e) subsistem jasa penunjang pertanian. Subsistem kedua, sebagian dari subsistem pertama, dan subsistem ketiga merupakan on-farm agribisnis, sedangkan subsistem lainnya merupakan off-farm agribisnis. Kedua, agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan utuh yang komprehensif, sekaligus sebagai suatu konsep untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai permasalahan, tantangan, dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian. Agribisnis juga dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengembangan terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat. Dari berbagai definisi dan batasan konsep agribisnis di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting dan harus ada dalam proses pembangunan agribisnis adalah sebagai barikut : (a) agribisnis merupakan suatu sistem, sehingga semua kegiatan yang terdapat dalam sistem tersebut harus saling terkait dan tidak berdiri sendiri, (b) agribisnis merupakan alternatif bagi pengembangan strategi pembangunan ekonomi, dan (c) agribisnis berorientasi pasar dan perolehan nilai tambah dari suatu komoditas. Setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian atau agribisnis menjadi strategis. Pertama, pertanian merupakan sektor yang menyediakan kebutuhan pangan masyarakat. Kedua, merupakan penyedia bahan baku bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa negara melalui komoditas yang diekspor. Keempat, menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Dan kelima, perlu dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem (lingkungan). Ironisnya, meski pertanian dianggap strategis, tapi kondisi petaninya kian termarginalkan. Menurut Sensus Pertanian 2003, jumlah rumah tangga petani gurem (penggarap kurang dari 0,5 ha) adalah 13,7 juta rumah tangga, meningkat 26,85 persen dibanding tahun 1993 yang jumlahnya 10,8 juta rumah tangga. Persentase rumah tangga petani gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga meningkat, dari 52,7 persen (1993) menjadi 56,5 persen (2003). Petani gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6persen rakyat Indonesia yang termasuk kelompok miskin, 60persen-nya adalah kalangan petani gurem. Timbul pertanyaan, jika sektor pertanian sangat penting, mengapa petaninya “dibiarkan” tidak berdaya? Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari kebijakan nasional dalam mengembangkan sektor pertanian (politik pertanian). Selama ini, logika pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi orientasi utama. Konsekuensinya, variabel kelembagaan masyarakat yang bersifat struktural di pedesaan kurang diperhatikan dalam menentukan kebijakan ekonomi pertanian. Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan. Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan. Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif. Dalam jangka panjang, pengembangan lapangan usaha pertanian difokuskan pada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, seperti pengembangan agroindustri. Salah satu lapangan usaha pertanian yang berorientasi ekspor dan mampu memberikan nilai tambah adalah sektor perekebunan. Nilai PDB sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari tahun  ke tahun. Jika diperhatikan dengan baik, peranan sektor pertanian masih dapat ditingkatkan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat tani di Indonesia.Secara empirik, keunggulan dan peranan pertanian/agribisnis tersebut cukup jelas, yang pertama dilihat hádala peranan penting agribisnis (dalam bentuk sumbangan atau pangsa realtif terhadap nilai tambah industri non-migas dan ekspor non-migas), yang cukup tinggi. Penting pula diperhatikan bahwa pangsa impor agribisnis relatif rendah, yang mana ini berarti bahwa agribisnis dari sisi ekonomi dan neraca ekonomi kurang membebani neraca perdagangan dan pembayaran luar negeri. Sehingga dengan demikian sektor agribisnis merupakan sumber cadangan devisa bagi negara. Diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sumber pertumbuhan perekonomian status bangsa, terutama negara-negara berkembang yang perekonomiannya masih 60persen bertumpu pada sektor pertanian. Disisi lain, dilihat ternyata pembangunan agribisnis mampu menunjukkan peningkatan produktivitas di sektor pertanian, hal ini menunjukkan dua hal yakni, bahwa terjadi peningkatan productivitas pada hasil produk pertanian yang diikuti oleh perbaikan koalitas, perbaikan teknologi yang mengikutinya dan peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, seperti yang ditunjukkan pada awal-awal bab ini. Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi, bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan lepada sektor pertanian (agribisnis), karena telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu. Pembangunan pertanian dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional berarti menjadikan perekonomian daerah sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Sebagai agregasi dari ekonomi daerah, perekonomian nasional yang tangguh hanya mungkin diwujudkan melalui perekonomian yang kokoh. Rapuhnya perekonomian nasional selama ini disatu sisi dan tingginya disparitas ekonomi antar daerah  dan golongan disisi lain mencerminkan bahwa perekonomian nasional Indonesia dimasa lalu tidak berakar kuat pada ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi lokal yang berbasis pada pertanian merupakan sebuah proses orientasi, yang meletakkan formasi institusi baru, pengembangan industri alternatif, peningkatan kapasitas pelaku untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru, transfer ilmu pengetahuan, dan menstimulasi bangkitnya perusahaan baru serta semangat kewirausahaan. Diharapkan dalam pembangunan ekonomi lokal, kegiatan pertanian dalam perkembangannya akan berorientasi  pada pasar (konsumen) apabila terjadi penyebaran sumberdaya dan faktor produksi yang merata serta adanya biaya transportasi yang relatif murah. Orientasi pasar ini akan menunjukkan bahwa setiap lokasi dapat menghasilkan komoditi pertanian tertentu. Suatu kegiatan pertanian akan lebih dapat berkembang pada lokasi tertentu yang disebabkan oleh adanya kemudahaan bagi konsumen yang berasal dari dalam atau dari luar lokasi untuk datang ke lokasi pemasaran komoditi pertanian tersebut. Kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di suatu negara tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang di cirikan adanya keterbukaan ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas, akan sulit ditemukan adanya kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian yang steril dari pengaruh-pengaruh factor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah; (i) kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan perdagangan komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama dalam masa krisis. Dimasa lalu, ketika orientasi pembangunan pertanian terletak pada peningkatan produksi, yang menjadi motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatni. Artinya komoditi yang dihasilkan usahatanilah yang menentukan perkembangan agribisnis hulu dan hilir. Hal ini sesuai pada masa lalu, karena target kita masih bertujuan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Selain itu, konsumen juga belum menuntut  pada atribut-atribut produk yang lebih rinci dan lengkap. Dewasa ini dan dimasa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah kepada orientasi pasar. Dengan berangsungnya perubahan preferensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari usaha tani kepada industri pengolahan (agroindustri). Artinya, untuk mengembangkan sektor agribisnis yang mogern dan berdaya saing, agroindustri menjadi penentu kegiatan pada subsistem usahatani dan selanjutnya akan menetukan subsistem agribisnis hulu. Pembangunan sektor pertanian/agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting bahkan pemasaran ini semakin penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahaan. Serta, untuk memampukan sektor agribisnis menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta pembangunan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) agribisnis sebagai aktor pengembangan sektor pertanian. Disamping konsep pembangunan pertanian diatas, khususnya dinegara-negara berkembang, masih banyak permasalahan yang dihadapi terutama sektor pertanian, terutama masalah kemiskinan, rendahnya produktivitas, rendahnya SDM, masih lemahya posisi tawar petani, ketidakadaannya kelembagaan yang mendukung usaha tani pelaku pertanian, dan masih kurangnya atau lemahnya sistem pasar komoditi produk pertanian, dan kurang diserapnya hasil komodit dengan baik akibat infrastruktur yang masih kurang memadai. Permasalahan ini tentunya, menjadi kendala sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh pengambil kebijakan. Sehingga dengan demikian diharapkan nantinya sektor pertanian mampu menjadi penggerak perekonomian di pedesaan dan negara. Pertanian/Agribisnis di Negara Maju Fenomena mengapa suatu negara dapat memenangkan persaingan sedangkan negara lain tidak, merupakan pertanyaan terus yang mengemuka sepanjang sejarah pembangunan dan perdagangan internasional. Banyak pendapat yang diajukan oleh pakar terutama dalam bidang ekonomi dan bisnis internasional, tetapi tidak satupun yang mampu menjelaskan kemampuan daya saing suatu negara secara komprehensif, Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, bahkan Malaysia dan Thailand yang secara tradisional menguasai agribisnis internasional, dimasa yang akan datang akan menguasai sektor agroindustri, walaupun disatu sisi akan menghadapi permasalahan yakni kesulitan untuk mengembangkan agribisnis, karena kesulitan dalam hal lahan pertanian. Berbeda dengan masa sebelumnya, dewasa ini dan masa yang akan datang, preferensi konsumen produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan sedang mengalami perubahaan secara fundamental. Negara-negara maju, dari masa yang lalu sudah melihat bagaimana potensi pertanian dalam perekonomian mereka. Keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan mendayagunakan keunggulan komparatif yang dimiliki mulai dari hulu sampai hilir, dalam menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. Artinya, pendayagunaan keunggulan sisi penawaran ditujukan untuk memenuhi keinginan konsumen. Kemampuan untuk menyediakan produk yang berkembang, sangat menentukan keunggulan bersaing di pasar internasional. Negara-negara agribisnis, seperti Australia dan selandia Baru, mampu bersaing di pasar interansional disebabkan kemampuan negara tersebut dalam menjual apa yang diinginkan konsumen bukan menjual apa yang dihasilkan. Sejarah perekonomian dunia sebenarnya telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa tidak ada negara besar di dunia ini yang kuat tanpa di dukung oleh pertanian yang tangguh. Kenyataaan menunjukkan bahwasanya negara-negara di Eropa Timur dan Uni Soviet pada akhirya harus menerima terjadinya disintegrasi karena lemahnya daya dukung sektor pertanian, negara-negara di kawasan afrika juga mengalami kesulitan dalam membangun bangsanya, hanya karena sektor pertanian tidak dapat mendukung ketahanan pangan sebagai landasan pembangunan. Bagi Indonesia, dimana sumberdaya alam merupakan keunggulan komparatifnya, maka sudah sepantasnya jika pembangunan nasional didasarkan pada pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Pertanian merupakan salah satu sumberdaya alam dimana Indonesia mempunyai keunggulan komparatif, disamping itu bagian terbesar penduduk Indonesia juga hidup dan bermata pencaharian di sektor tersebut, fenomena kemiskinan juga banyak terjadi di sektor pertanian. Dengan demikian apabila sektor pertanian dijadikan landasan bagi pembangunan nasional dimana sektor-sektor lain menunjang sepenuhnya, sebagian besar masalah yang dihadapi oleh masyarakat akan dapat terpecahkan.

Tuesday, March 14, 2017

agribisnis dalam arti luas

agribisnis dalam arti luas

Dalam arti luas, agribisnis adalah suatu kesatuan  kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mulai mata rantai produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang ada hubungannya dengan komoditi pertanian dalam arti luas (usahatani, perkebunanan, kehutanan, perikanan, perternakan) yang bertujuan untuk memperoleh keutungan (profit Oriented).
Agribisnis dalam arti sempit diartikan sebagai perdagangan atau pemasaran hasil pertanian yang berusaha memaksimalkan keuntungan.
Dengan kata lain, agribisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan memproleh keutungan yang meliputi sebagian atau seluruh sektor  agribisnis, yaitu sektor masukan, sektor produksi, sektor pengeluaran. Pengertian Agribisnis menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberg (1957): The sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the farm; and the storage, processing, and distribution of farm commodities and items made from them. Definisi Agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah mega sektor yang mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for them …”
 Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
   Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.    Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.
   Pengertian Agribisnis menurut Drillon: Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.
   Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen: Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi : industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen.

Monday, March 13, 2017

agribisnis dan agroindustri

agribisnis dan agroindustri
Agroindustri adalah kegiatan industri berupa pengolahan hasil pertanian yang melibatkan faktor penyediaan alat dan jasa dalam proses kegiatan tersebut untuk menghasilkan produk pertanian yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing tinggi. Proses yang dimaksud mencakup perlakuan fisik maupun kimiawi terhadap bahan nabati maupun hewani, pengemasan, penyimpanan serta pendistribusian. Produk hasil agroindustri tidak harus berupa produk jadi dan siap pakai, termasuk juga produk setengah jadi yang dimanfaatkan oleh sektor industri lain sebagai bahan baku. Agribisnis adalah usaha atau bisnis yang berbasis pada pertanian atau bidang-bidang lain yang mendukungnya, yang meliputi penyediaan sarana produksi dan peralatan, pengolahan hasil pertanian, pemasaran, sarana dan pembinaan. Objek kegiatan ini tidak terbatas pada hewan dan tumbuhan, akan tetapi semua bahan yang mendukung sektor agribisnis dan menghasilkan keuntungan, seperti mikroorganisme maupun jamur. Dari definisi diatas dapat dimengerti bahwa agroindustri merupakan bagian dari sistem agribisnis yang menempati posisi sebagai subsistem pengolahan hasil pertanian. Persamaan Agroindustri dan agribisnis memiliki beberapa sisi kesamaan, diantaranya yaitu sebagai berikut : 1. Agroindustri dan agribisnis merupakan usaha yang berorientasi pada profit atau keuntungan dengan berbasis pada sektor pertanian.2. Agroindustri dan agribisnis merupakan lahan bisnis yang potensial untuk menciptakan lapangan pekerjaa baru, menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar baik tenaga kerja terdidik, terlatih maupun tenaga tidak terdidik dan terlatih, serta meningkatkan pendapatan petani.3. Agroindustri dan agribisnis adalah bagian dari sistem perekonomian negara yang tahan terhadap krisis dan berkontribusi terhadap peningkatan devisa negara.4. Agroindustri dan agribisnis menyediakan produk pertanian baik produk siap pakai maupun produk setengah jadi yang dimanfaatkan sektor industri lain sebagai bahan baku.Perbedaan Meskipun demikian, perlu adanya kriteria yang membatasi antara wilayah agroindustri dan agribisnis agar ada patokan yang dapat digunakan untuk menggolongkan suatu kegiatan, apakah termasuk agroindustri atau agribisnis. Berikut ini adalah sebagian perbedaan antara agroindustri dan agribisnis : 1. Ruang lingkup kegiatan agribisnis meliputi seluruh mata rantai usaha pertanian dari hulu sampai hilir, sedangkan agroindustri merupakan bagian dari mata rantai tersebut yang berkonsentrasi pada usaha pengolahan hasil pertanian dan menjembatani antara sektor hulu dan hilir.2. Kegiatan inti agribisnis adalah budidaya pertanian, sedangkan usaha inti agroindustri adalah sistem pengolahan bahan nabati maupun hewani.3. Komponen agribisnis mencakup modal, sistem, manajemen dan ekonomi. Sedangkan komponen agroindustri mencakup sumer daya alam, sumber daya manusia, peralatan dan jasa.4. Agibisnis dan agroindustri sama-sama membutuhkan modal untuk mendukung pelaksanaan kegiatannya, akan tetapi kuantitas modal yang dibutuhkan pada kegiatan agribisnis jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kebutuhan modal pada agroindustri.

Sunday, March 12, 2017

agribisnis dan agroteknologi

agribisnis dan agroteknologi



Pada dasarnya, beberapa informasi ini merupakan bentuk dari reaksi dan respon terhadap tulisan saya sebelumnya, juga merupakan bentuk pemaparan secara detail mengenai segala hal menyangkut program studi ini yang sering ditanyakan oleh anak-anak SMA yang menghubungi saya untuk kemudian meminta penjelasan.
 Kita mulai dengan hal yang simple terlebih dahulu, dan mungkin proporsi penjelasan mengenai Agroteknologi akan lebih banyak daripada Agribisnis. Hal ini karena pengetahuan saya tentang Agroteknologi sedikit lebih banyak dari Agribisnis. Saya akan memaparkan dalam bentuk Question dan Answer mengenai beberapa hal yang selalu menjadi pertanyaan bagi sebagian besar calon mahasiswa. Agroteknologi dan Agribisnis itu termasuk Fakultas Apa? Sudah barang tentu, kedua program studi ini termasuk ke Fakultas Pertanian, namun ini konteksnya ada di Universitas Padjadjaran. Mungkin lain hal nya di beberapa universitas lain, misal UGM dan IPB yang keduanya sudah membagi program studi yang ada di Fakultas Pertanian secara lebih spesifik.Agroteknologi itu apa? Kalo Agribisnis? Bedanya apa? Harus dipahami terlebih dahulu bahwa Agroteknologi dan Agribisnis merupakan program studi yang sama-sama mempelajari tentang pertanian dengan masing-masing spesifikasi yang berbeda. Agroteknologi adalah program studi yang mempelajari mengenai berbagai hal kegiatan pertanian yang dilakukan di system hulu. Apa itu? Artinya, di dalam program studi ini, mahasiswa akan mempelajari mengenai tata cara budidaya tanaman, pengolahan tanah, pengendalian hama dan penyakit, dan hal-hal lainnya yang tentu saja berkaitan dengan proses bertani. Tentu saja mempelajari mengenai teknologi-teknologi yang digunakan dan harus diterapkan pada saat proses pertanian. Lain halnya dengan Agribisnis. Program studi yang satu ini merupakan program studi yang mempelajari mengenai proses kegiatan pertanian di system hilir. Apa itu? Jika Agroteknologi mempelajari mengenai teknologi pertanian pada saat proses bertani di lahan, berbeda halnya dengan Agribisnis yang mempelajari mengenai segala hal bentuk pertanian yang dilakukan pasca panen. Tentang apa saja? Pemasaran, manajemen, social ekonomi, dan tentu saja regulasi. Berarti Agroteknologi itu anak IPA dan Agribisnis itu anak IPS? Tidak selalu. Karena pada dasarnya kedua program studi ini termasuk ke dalam fakultas berbasic IPA, dan di Agribisnis pun masih tetap mempelajari mengenai pertanian yang banyak kaitannya dengan keilmuan IPA. Namun, tidak menutup kemungkinan anak IPS bisa masuk dalam dua program studi ini. Lalu, bedanya Agroteknologi dengan Teknologi Pertanian apa? Ini selalu menjadi hal yang sangat dan harus diperhatikan baik-baik. Beberapa kasus yang saya temukan di lingkungan sekitar, bahwa banyak teman saya yang merasa terjebak dalam program studi Agroteknologi yang pada awalnya dianggap sama dengan Teknologi Pertanian. Perlu diketahui bahwa konteks kata teknologi dalam kedua program studi itu mungkin agak sedikit berbeda. Di kampus saya, UNPAD, Teknologi Pertanian terpisah dengan Agroteknologi, masuk ke dalam Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) bukan Fakultas Pertanian. Dalam Agroteknologi, mahasiswa akan diajak mempelajari proses bertani di hulu secara spesifik, namun tentu saja dalam Teknologi Pertanian mahasiswa akan diajak untuk mempelajari mengenai pembuatan teknologi-teknologi berupa alat atau mesin yang nantinya akan membantu proses bertani.                                 
 Apa saja yang dipelajari di Agrotenologi?

 Tentu saja mengenai pertanian. Berkaitan dengan Biologi tanaman, tanah, hama dan penyakit, proses budidaya, proses rekayasa genetika, perkebunan, pertanian sawah, dan sedikit mempelajari regulasi pertanian. Ada kimia fisika matematika? Tentu saja ada. Karena pada dasarnya keilmuan IPA benar-benar dipelajari di sini. Kalo di Agribisnis? Kurang lebih yang saya tahu, dalam program studi ini akan dipelajari mengenai manajeman, pemasaran, regulasi, social ekonomi pertanian, kewirausahaan. Karena tentu saja hal ini berkaitan dengan bisnis di bidang pertanian. Apakah mempelajari tentang budidaya? Ya, sebagian kecil ilmu budidaya masih diberikan di program studi ini. Karena pada dasarnya Agribisnis merupakan program studi ilmu pertanian. Bagaimana dengan prospek kerja? Jadi petani dong?                                     Berbicara prospek kerja, saya hanya akan memaparkan mengenai beberapa yang saya ketahui hasil dari sharing dengan beberapa alumni yang tentu saja sarjana pertanian. Perlu diketahui bahwa hal utama yang dapat dijadikan sebagai pekerjaan dari kedua program studi ini adalah menjadi seorang petani. Mungkin beberapa orang masih beranggapan bahwa pekerjaan seorang petani itu masih digolongkan pada kegiatan yang rendah, yang semua orang bisa melakukan. Memang seperti itu, namun sarjana pertanian dibentuk untuk menjadi petani yang bertani sesuai dengan ilmu dan teknologi yang seharusnya diterapkan. Petani yang dimaksud bukanlah petani yang sering kita temukan di pesawahan dengan lahan yang kurang dari 1 Ha, dan tidak sama sekali mendapatkan keuntungan dari proses bertani itu. Petani yang saya maksud di sini adalah orang yang mampu membudidayakan komoditas-komoditas pertanian baik skala besar maupun skala kecil dengan orientasi pada hal-hal yang besar, seperti komersil, ketahanan pangan, dan lain sebagainya.
Coba searching di google tentang petani-petani hebat di luar negeri: Belanda dan Jepang, yang dimana mereka bertani tidak asal bertani namun menerapakan ilmu dan teknologi yang didapatkan sebagian besar dari gelar sarjananya. Namun berikut ada beberapa point tentang pekerjaan-pekerjaan dari sarjana pertanian nantinya. 
  • Petani
  • Akademisi dan Peneliti
  • Pemulia Tanaman
  • Bekerja di Perkebunan
  • Ahli benih
  • Balai Karantina
  • Departemen Pertanian
  • Entrepreneur
  • Badan Pertanahan Nasional
  • Penyuluh
Dsb.
Terlalu banyak dan di atas hanya beberapa yang bisa saya sebutkan. Pada dasarnya prospek kerja semua program studi itu sama, menurut saya. Tergantung dari bagaimana mahasiswa tersebut menjalankan proses perkuliahan, penggalian ilmu dan pengasahan kemampuan di masing-masing bidang dengan spesifikasi yang berbeda. Capek gak kuliah di pertanian? Jika dibilang capek, semua program studi juga pasti capek. Namanya juga mahasiswa. Tapi apa lagi yang harus dilakukan selain berjuang. Semua butuh proses. Semoga dapat membantu pencerahan dalam pencarian informasi mengenai Agroteknologi dan Agribisnis. Ada satu istilah yang saya suka tentang pertanian: only agriculture can feed the world. 

Saturday, March 11, 2017

agribisnis di indonesia

agribisnis di indonesia

Potensi Agribisnis Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) – Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat memenuhi kebutuhan hidup umat manusia. Mulai dari tumbuhan, hewan, minyak bumi dan puluhan jenis logam – semua tersedia di tanah yang kita pijak.

Bila ditilik dari jaman penjajahan kolonial, para pendatang asing ini rela berlayar ratusan ribu kilometer ke Indonesia hanya untuk mengambil hasil kekayaan perkebunannya – karet, coklat, kelapa sawit, cengkeh bahkan kayu.
Dari sektor pertanian, Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi yang terdepan apalagi didukung dengan iklim tropis dan tanah yang subur untuk bercocok tanam. Tak heran bila agribisnis di negeri ini menjadi salah satu fokus utama pembangunan nasional yang digalakkan oleh pemerintah RI.


Bila Anda pergi ke kota Batu, Jawa Timur, Anda akan merasakan sejuknya udara dan hijaunya pemandangan. Tak heran jika prospek agribisnis di kota ini begitu cerah. Bisnis buah dan sayur mayur sangat terlihat kesuksesannya, apalagi bila Anda mengunjungi area Dewi Sri, di kota Batu.
Adalah Hari Cahyono, pengusaha di bidang agribisnis berlabel HC Putra. Profilnya pernah menghiasi halaman Malang Post dan ia termasuk salah satu pebisnis sukses yang menggeluti bidang pertanian.

“Hal itu pasti tidak akan terjadi kalau kita tahu kiatnya,” ujarnya saat ditanya seputar kendala bisnis sayur mayur. Awalnya ia pun kesusahan karena tidak memahami plus minus dari sektor perkebunan. Ia pun langsung turun ke lapangan dan menanyakannya ke para petani setempat.

Produk agribisnis milik Hari meliputi kol, wortel, daun bawang hingga kubis. Potensi ini cukup besar; bahkan kini HC Putra pun telah memasok hingga ke luar pulau.

Hal serupa dirasakan pula oleh para petani yang sukses meraup untung lewat bercocok tanam. Sugianto Ngurawan adalah petani yang berasal dari Sulawesi Utara. Sebagai seorang petani, penghasilannya mencapai 100 juta Rupiah sekali panen!

7 tahun yang lalu, Sugianto hanyalah seorang pekerja yang menanam jagung di lahan pemiliknya di daerah Tutuyan. Karena telah memahami betul teknik bercocok tanam, petani gigih ini pun memulai menanam bibit jagung di lahan kecil miliknya sendiri.
“Waktu itu bibitnya hanya 2 kilo saja, dan modal saya putar terus,” jelasnya. Menurut kerabat Sugianto, mereka sangat pesimis kalau ia bisa meraup untung dari hasil membanting tulang di lahan jagung. Kini, mereka harus menelan ludah karena Sugianto menjadi petani sukses. Bayangkan saja, dalam waktu satu tahu, Sugianto mampu menghasilkan 45 ton jagung!
Perhitungan agribisnis jagung

Sugianto menjelaskan lebih lanjut kalau modal yang digunakannya untuk membasmi hama, menanam jagung dan memberi pupuk jumlahnya sekitar 8 juta Rupiah. Mengapa bisa sangat kecil? Karena hampir dari separuh proses produksi dikerjakan sendiri.

Proses penyemprotan anti hama dilakukan dua kali saat usia jagung 2 minggu dan 35 hari. Keuntungan awal yang ia peroleh sekitar Rp. 4.200,- per kilo. Pria yang tumbuh besar di keluarga sederhana ini lantas menjelaskan bahwa kerja keras sebagai petani bisa membuahkan hasil yang melimpah bila kita tahu cara pengelolaannya.

Dukungan pemerintah terhadap agribisnis Indonesia

Saat ini, pemerintah Indonesia pun sedang getol mengembangkan sektor agribisnis. Di Bali, pengelolaan dengan sistem Subak menghasilkan produksi yang meningkat apalagi dengan adanya dukungan Kredit Usaha Mandiri yang memang dikhususkan bagi pengusaha kecil dan menengah.

Dari segi finansial, modal usaha agribisnis di Bali cukup terpadu dan produktif dalam menciptakan ketahanan ekonomi area tersebut. Peningkatan yang dirasakan pun cukup signifikan. Menurut hasil penelitian Gede Sedana, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar, adanya Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) menjadi modal sosial yang cukup baik bagi perkembangan sektor bisnis ini.

Para petani Subak Guama, Bali sedang memanen padi.
Kegiatan usaha yang diberikan pun dari hulu ke hilir – mulai dari penanaman benih padi, proses pupuk kompos, hingga penyediaan alat mesin dan pertanian. Manfaatnya pun dapat dirasakan oleh petani Bali secara langsung karena Sisa Hasil Usaha yang mereka dapatkan terus meningkat.

Potensi Agribisnis Indonesia

Bila dapat dijelaskan secara ringkas dan sederhana, potensi agribisnis di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

Berkat kondisi geografis Indonesia yang potensial dari segi agricultural; sektor agribisnis menjadi nilai tambah untuk mendukung perekonomian nasional. 45% dari nilai tambah perekonomian Indonesia berasal dari agribisnis.
Agribisnis telah membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia karena proses pengolahan dan produksinya masih secara manual dan melibatkan banyak sumber daya manusia.

Sektor agribisnis Indonesia merupakan sumber daya yang alami. Di pasar global, sektor industri seperti ini tidak bisa dilakukan dengan mudah karena keterbatasan sumber daya alam maupun letak geografisnya. Maka dari itu sektor agribisnis Indonesia memiliki nilai dagang yang kompetitif dan berkontribusi besar terhadap hasil ekspor.Agribisnis menyediakan bahan pangan bagi masyarakat sehingga akses ke bahan-bahan pokok seperti beras sangat mudah dan terjangkau. Hal ini tentu saja berdampak langsung pada ketahanan pangan nasional dan stabilitas ekonomi suatu negara.

Di era yang serba instan dan cepat saat ini; sektor agribisnis bisa di remodel agar menjadi bisnis yang lebih atraktif. Karena saat ini sektor pangan cukup naik daun dan membutuhkan sumber daya yang memadahi untuk memenuhi demand masyarakat.

Semakin banyak masyarakat yang memahami dan peduli terhadap kesehatan sehingga mereka pun mencari sumber bahan pangan yang alami dan tidak melalui banyak proses kimiawi. Sektor agribisnis dapat menunjang permintaan tersebut.

Agribisnis berasal dari sumber yang diperbarui. Sayuran dapat ditanam lagi di lahan yang sama. Jadi, hasil agroindustri tidak akan mengalami pengurasan. Sifat renewable inilah yang menjadi salah satu keunggulan dalam industri ini.
Indonesia merupakan lahan potensial dengan teknologi padat tenaga kerja. Jadi, baik skala kecil maupun besar, pengembangan segmen usaha ini cukup fleksibel dan dapat dilakukan dengan cepat.


Tak dapat dipungkiri, sektor pertanian di Indonesia memainkan tugas penting dalam meningkatkan perekonomian negeri. Agribisnis di Indonesia membuka lahan pekerjaan bagi siapa saja mulai dari buruh tani hingga pengusaha perkebunan itu sendiri. Meski begitu, dalam perkembangannya, industri perkebunan haruslah dibarengi dengan manajemen dan sumber daya yang baik agar dalam prosesnya tidak merugikan pihak pihak tertentu.

Friday, March 10, 2017

agribisnis cacing


Untuk pemula yang ingin berbisnis di dunia peternakan khususnya dalam ternak cacing tanah. Ada baiknya melihat apa saja yang terdapat dalam bisnis ternak cacing tanah. Kita bisa mengenal jenis-jenis cacing tanah yang ingin di budidayakan karena ada beberapa jenis cacing tanah yang bisa di budidayakan.

Cacing tanah meskipun di anggap jiji oleh sebagian besar orang, namun bisa memberikan keuntungan dan kesuksesan dalam beternak cacing tanah. Oleh sebab itu ada baiknya kita mengenal jenis cacing tanah yang bisa di budidayakan

Jenis-jenis cacing tanah

Jenis Cacing Lumbricus rubellus
Jenis cacing ini adalah jenis cacing yang memiliki ekor kuning. Dan cacing Lumbricus rubellus merupakan cacing yang berasal dari Eropa. Banyak di budidayakan dalam industri farmasi, pakan hewan serta bisa juga untuk dikonsumsi. Ciri-ciri jenis cacing ini memiliki ukuran panjang 8-14Cm. dan Warna tubuh pada bagian punggung berwarna cokelat cerah hingga ungu kemerahan

Jenis cacing Eisenia fetida
Ukuran jenis cacing ini sangat kecil yaiutu sekitar 7-8Cm dan memiliki warna coklat kemerahan dan cerah cacing jenis ini biasa disebut dengan cacing tiger/cacing merah. Cacing ini biasanya ditemukan pada tumpukan bahan organik, sampah rumah tangga, atau di bawah batang pisang yang membusuk

Jenis cacing Eudrilus eugeniae
Cacing ini mempunyai nama lain African Nightcrawler. Banyak para peternak cacing jenis ini dalam beternak cacing ini hanya di ambil kascingnya saja. Cacing African Nightcrawler mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari cacing ekor kuning dan bisa mencapai panjang 20 cm.

Jenis cacing Perionyx exavatus
Cacing ini merupakan cacing yang banyak terdapat di indonesia cacing ini biasa disebut dengan cacing kalung Ukuran tubuhnya relatif lebih besar dibandingka dengan jenis cacing tanah lainnya. Bentuk tubuhnya membulat, berwarna coklat keunguan, dan sedikit kelabu.

Jenis cacing Pheretima sp
Cacing ini pun sama terdapat banyak di indonesia. Cacing ini mempunyai kulit warna kuning kecoklatan. Cacing ini memiliki ukuran yang relatif kecil dan banyak digunkan sebagai umpan cacing

Jenis cacing Tubifex sp.
Cacing ini adalah jenis cacing sutera yang memiliki tubuh kecil dan lembut seperti sutera. Cacing ini berukuran sekitar 1-2cm dan senang hidup berkelompok. Cacing sutera dapat ditemukan pada saluran air atau kubangan air berlumpur yang bergerak perlahan

Thursday, March 9, 2017

agribisnis cabe merah


Cabai atau cabai merah atau chili adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" ke sepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.

Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.  melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980).

Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal panen[3]. Laporan Departemen Pertanian RI tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35%. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya terutama adalah lalat buah Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan maupun pada produksi cabai.


Selain lalat buah, Kutudaun Myzus persicae (Hemiptera: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada budidaya cabai karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektida nabati ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga

Wednesday, March 8, 2017

agribisnis cabe rawit


Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae.) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.
Cabai rawit dapat tumbuh baik didataran tinggi , maupu di dataran rendah . bertanam cabai rawit dapat memberikan nila ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh – sungguh .Satu hektar tanaman cabai rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabai rawit karena tanaman cabai rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam .
Tanaman cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.
Saat ini cabe menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabe, semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor. Cabe bukan merupakan tanaman asli Indonesia , walaupun hampir setiap hari penduduk Indonesia makan dengan cabe.  Cabe berasal dari Meksiko, Peru dan Bolivia , tetapi sekarang sudah tersebar diseluruh dunia.  Cabe merupakan komoditas pertanian yang merakyat seperti halnya bawang merah karena dibutuhkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.  Sehingga tidak mengherankan bila volume peredarannya di pasaran sangat besar.  Walaupun volumenya sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi sampai sekarang harga cabai tidak pernah mantap (fluktuatif).  Di beberapa daerah sentra produksi, harga berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah barang dan permintaan.  Bila barang tidak ada karena iklim yang tidak mendukung , maka harga cabai akan melonjak tinggi.  Sebaliknya bila barang sedang membanjir harga bisa turun drastis.  Penurunan harga yang sangat tajam juga terjadi bila cuaca mendung dan kondisi lembab karena mutu cabe menurun dan cabe tidak tahan lama disimpan.

Tanaman yg berasal dari daerah tropis di benua Amerika ini, sekarang banyak dibudidayakan di Indonesia. peluang usaha cabe yang cukup menguntungkan, menarik minat para petani di daerah dataran tinggi, dataran rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk membudidayakan sayuran ini. Jenis cabe juga cukup bervariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia sendiri jenis cabe yang banyak dibudidayakan antara lain cabe keriting, cabe besar, cabe rawit, dan cabe paprika. Sebab menyesuaikan permintaan konsumen, yg banyak menggunakan jenis cabe tersebut sebagai penyedap masakan. Selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabe juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabe, sambel cabe, pasta cabe, bubuk cabe, cabe kering, dan bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.

Tuesday, March 7, 2017

agribisnis cengkeh


Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang pada awalnya merupakan komoditas ekspor, berubah posisi menjadi komoditas yang harus diimpor karena pesatnya perkembangan indutri rokok kretek. Industri rokok kretek sendiri, berkembang sejak akhir abad ke-19. Tingginya kebutuhan devisa untuk memenuhi kebutuhan mengakibatkan ditetapkannya program swasembada cengkeh pada tahun 1970, antara lain melalui perluasan areal.

Hasil dari pelaksanaan program swasembada cengkeh adalah terjadinya perkembangan luas areal yang sangat mencolok dari 82.387 ha tahun 1970 menjadi 724.986 ha tahun 1990. Swasembada dinyatakan tercapai pada tahun 1991, bahkan terlampaui, tetapi bersamaan dengan itu terjadi penurunan harga. Untuk membantu petani mengatasi hal tersebut pemerintah campur tangan dengan:
  •          mengatur tataniaga melalui pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC),
  •          mendiversifikasi hasil
  •         mengkonversi sebagian areal.

Namun demikian upaya-upaya ini tidak berhasil yang diindikasikan harga tetap tidak membaik, sehingga petani menelantarkan pertanamannya.

 
Karena diterlantarkan petani, areal cengkeh berkurang drastis. Pada tahun 2000 luas areal cengkeh tinggal 428 000 ha dan tahun 2003 tinggal 228 000 ha. Perkiraan untuk 2005 areal tanaman menghasilkan (TM) tinggal 213.182 ha. Produksi juga turun sejak tahun 2000, sehingga diperkirakan tanpa upaya penyelamatan, tahun 2009 produksi cengkeh Indonesia hanya akan mampu menyediakan sekitar 50 % dari kebutuhan pabrik rokok kretek yang rata-rata empat tahun terakhir mencapai 92.133 ton.

Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan program intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman cengkeh secara terukur. Total areal TM diupayakan terjaga 220.000 – 230.000 ha di 10 propinsi sentra produksi cengkeh PRK (pabrik rokok kretek), dengan maksimum total areal 250.000 ha, termasuk di luar propinsi PRK. Semuanya itu diarahkan untuk keseimbangan pasokan dan permintaan, guna memenuhi kebutuhan 92 133 ton untuk rokok kretek (GAPPRI, 2005), serta harga yang tetap menguntungkan petani.

Untuk itu lima tahun ke depan seyogyanya dapat dilaksanakan program intensifikasi dan rehabilitasi seluas 70 000 ha serta replanting (peremajaan) seluas 35 000 ha. Pelaksanaannya dibatasi di 10 propinsi PRK dengan kualifikasi daerah sangat sesuai (C1). Adanya kemungkinan peningkatan kebutuhan sesuai prediksi GAPPRI sebesar 5 %/tahun diharapkan dapat terpenuhi oleh kelebihan areal dari 230 000 ha yang ada diluar ke-10 propinsi PRK. Kelebihan tersebut termasuk untuk kemungkinan ekspor dan diversifikasi hasil untuk keperluan industri makanan, farmasi dan pestisida nabati.

Total biaya yang diperlukan untuk itu adalah Rp. 1,037 trilyun yang terdiri dari investasi masyarakat Rp. 767.532 milyar, investasi swasta Rp. 184,020 milyar, dan investasi pemerintah untuk fasilitasi pengadaan infra struktur serta dukungan penelitian pengadaan benih unggul dan sebagainya sebesar Rp 85,5 milyar.

Pada dasarnya agribisnis cengkeh sangat menguntung kan. Apalagi dengan adanya peluang pengembangan industri hilir untuk keperluan makanan, farmasi dan pestisida nabati, termasuk ekspor. Pihak swasta diharapkan dapat ikut investasi dalam agribisnis cengkeh yang meliputi agribisnis hulu dalam penangkaran benih, sektor “on farm” pendirian perkebunan besar (PBS) dalam rangka peremajaan (replanting) serta agribisnis hilir di bidang industri penyulingan minyak, industri makanan dan farmasi serta pengolahan pestisida nabati cengkeh. Kegiatan “on farm” dalam bentuk pendirian perkebunan besar cengkeh dalam rangka peremajaan mengganti tanaman tua mampu memberikan B/C sebesar 1.54 dengan IRR 21.20%. Sedangkan untuk usaha industri penyulingan minyak pada tingkat bunga modal 18 % mampu memberikan B/C 1.26 dengan IRR 23 %.


Dukungan kebijakan pemerintah yang diperlukan adalah pemberdayaan penyuluhan dan organisasi kelompok tani untuk memprioritaskan pengembangan cengkeh hanya di daerah sentra produksi cengkeh untuk PRK. Pengembangan di luar 10 propinsi PRK diserahkan pada swadaya masyarakat dan dapat digunakan untuk mengantisipasi (bumper) kenaikan permintaan sesuai perkiraan GAPPRI, memenuhi kebutuhan ekspor dan diversifikasi untuk produksi minyak cengkeh, eugenol dan pestisida nabati. Dukungan pemerintah juga diperlukan untuk akses pembiayaan bagi UKM, stabilisasi harga dan kemudahan bagi swasta untuk ikut berinvestasi.

Monday, March 6, 2017

agribisnis berbasis peternakan


AGRIBISNIS berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Tuntutan sistem usaha tani terpadu pun menjadi semakin rasional seiring dengan tuntutan efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan, tenaga kerja, modal, dan faktor produksi lain yang amat terbatas itu. Agribisnis memang mengedepankan suatu sistem budaya, organisasi, dan manajemen yang amat rasional, dirancang untuk memperoleh nilai tambah (komersial) yang dapat disebar dan dinikmati oleh seluruh pelaku ekonomi secara fair, dari produsen, pedagang, konsumen, bahkan sampai pada segenap lapisan masyarakat.

Peluang investasi agribisnis berbasis ini sering kali dipandang sebelah mata oleh para investor, salah satunya karena fluktuasi kinerja tajam. Benar bahwa investasi sektor peternakan cukup besar, tapi pasti tak seorang pengusaha pun yang tidak mampu berhitung tentang besarnya risiko di hampir semua usaha agribisnis.

Hal yang amat diperlukan adalah pemerintah harus berupaya sungguh-sungguh dan lebih sistematis melakukan revitalisasi sektor peternakan agar lebih mampu berkontribusi pada pemulihan ekonomi, mempercepat peningkatan pendapatan masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas lagi. Mengingat jumlah angka pengangguran di negeri ini terus bertambah.

Sektor peternakan sendiri memang amat terpukul pada periode krisis ekonomi dan mengalami kontraksi pertumbuhan negatif 1,92 persen, suatu fluktuasi yang amat tajam dalam sejarah peternakan di Indonesia. Pada periode 1978-1986 sektor peternakan pernah tumbuh tinggi, yakni mendekati angka 7 persen per tahun. Pertumbuhan ini karena peningkatan efisiensi dalam keseluruhan sistem agribisnis basis peternakan tersebut.

Pada waktu itu, subsistem makanan ternak dan pemasaran produksi hasil peternakan juga tumbuh pesat karena perekonomian Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang tinggi. Ketika sektor pertanian tanaman pangan mengalami fase dekonstruktif dan hanya tumbuh di bawah 2 persen pada periode 1986-1997, maka sektor peternakan justru mampu mempertahankan angka pertumbuhan hampir 6 persen pada periode yang sama (dihitung dari Produk Domestik Bruto/PDB Sektor Pertanian yang dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik).

KETERGANTUNGAN sektor peternakan terhadap pakan ternak impor telah menjadi salah satu pemicu kontraksi pertumbuhan pada periode krisis ekonomi di atas. Harga pakan ternak melonjak berkali lipat karena kurs mata uang rupiah yang anjlok terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Dengan demikian ini menjadikan harga makanan ternak dengan komponen impor cukup besar itu pun meningkat.

Walaupun telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan, sektor peternakan masih harus berjuang keras melakukan revitalisasi usaha dalam menghadapi asimetri pasar dunia yang amat ganas. Selain itu juga harus mengelola basis produksi di dalam negeri, termasuk meningkatkan produksi jagung domestik sebagai salah satu komponen penting pakan ternak, sekaligus memperkuat industri pakan dalam negeri.

Kasus kontroversi impor paha ayam yang bernuansa "pemaksaan" dari AS beberapa waktu lalu, serta "upaya tak kenal lelah" impor kambing berpenyakit mulut dari Australia adalah salah satu contoh kecil dari sekian tantangan besar yang dihadapi sektor peternakan.

Sektor peternakan harus dikembangkan sebagaimana prinsip-prinsip agribisnis modern. Prinsip itu adalah meningkatkan keterkaitan antarkomponen dan subsistem yang membangun sistem agribisnis secara utuh. Namun, hanya dengan prinsip modern dan integrasi dengan basis usaha tani di lapangan, sektor peternakan dapat menghasilkan produksi pangan yang dapat mengimbangi lonjakan kebutuhan konsumsi yang meningkat cukup pesat.

Kebutuhan atau laju peningkatan konsumsi daging sapi yang sedikit lebih cepat dalam kurun waktu tiga dasawarsa terakhir telah menjadikan Indonesia harus memenuhinya dari daging impor. Indonesia sebenarnya mampu mengandalkan industri perunggasan (poultry) untuk menopang kebutuhan konsumsi protein daging ayam dan telur dari dalam negeri. Upaya itu sekaligus membangun keterkaitan kemitraan yang tangguh antara industri kecil dan menengah besar dalam menggulirkan basis ekonomi industri ini.

SALAH satu tantangan besar yang dihadapi sektor peternakan saat ini adalah laju konsumsi susu yang cukup rendah, yaitu 4.3 persen per tahun dibandingkan dengan upaya peningkatan produksi susu dalam negeri sebesar 5 persen per tahun. Namun demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan konsumsi dan produksi di atas tidak dapat dipandang ringan karena kebutuhan konsumsi susu tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri. Menurut data, hanya 44 persen kebutuhan konsumsi susu dapat dipenuhi dai sumber domestik, selebihnya (56 persen) Indonesia masih harus mengandalkan produk susu impor.

Sebagai gambaran perbandingan, juga ditampilkan neraca pangan jagung, sebagai salah satu proxy kinerja makan ternak di dalam negeri. Produksi jagung domestik tumbuh cukup lambat (3,9 persen) dibandingkan dengan kebutuhan domestiknya (4,6 persen) sehingga Indonesia masih perlu mengimpor jagung secara signifikan. Dalam hal kuantitas pun, data terakhir yang dapat dikumpulkan menunjukkan bahwa produksi jagung domestik hanya berkisar 9,3 juta ton. Konsumsinya mencapai 10,3 juta ton sehingga menjadikan Indonesia harus mengimpor jagung sekitar 1 juta ton per tahun, terutama dalam beberapa tahun terakhir.

Namun demikian, pemerintah masih terkesan ragu-ragu dalam menetapkan pajak impor atau bea masuk impor jagung. Mungkin pemerintah masih belum percaya diri mengambil kesimpulan analisis dalam hal keuntungan dan kerugian jangka pendek, serta jangka panjang terhadap konsekuensi dari pembatasan impor jagung tersebut.

Keragu-raguan seperti itu amat berpengaruh pada keputusan yang diambil para pelaku usaha di dalam negeri yang sebenarnya lebih mengharapkan kepastian hukum dan ketegasan pemerintah dalam mengawal sebuah kebijakan publik. Tidak berlebihan jika terdapat beberapa spekulasi bahwa upaya sekian macam gerakan dan slogan kebijakan pemerintah untuk mencapai swasembada produksi jagung hanyalah wacana politik saja karena masih terdapat kontroversi di dalam negeri sendiri. Membangun kebijakan sektor pertanian yang tangguh untuk meningkatkan kemandirian bangsa tidak cukup hanya dengan slogan semata, tetapi juga harus diikuti tindakan nyata di tingkat lapangan.

Terlepas dari kontroversi yang disebutkan di atas, agribisnis berbasis peternakan harus terus dibangun dan dikembangkan seiring dengan upaya besar pemulihan ekonomi dan pembangunan ekonomi daerah. Promosi investasi agribisnis di daerah akan dapat menghasilkan dampak ganda (multiplier effects) terhadap aktivitas ekonomi masyarakat lainnya. Langkah inilah yang diharapkan dapat menghasilkan lapangan kerja baru dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, yang selama ini menjadi constrain penting dalam membangun bangsa yang tangguh dan berdaya saing.

OLEH sebab itu, untuk menggairahkan investasi agribisnis berbasis peternakan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus merangsang investor untuk menggarap dan memanfaatkan potensi dan peluang usaha peternakan dan agribisnis basis sumber daya alam lain secara umum. Pemerintah daerah dilarang keras membunuh inisiatif usaha di tingkat lokal. Misalnya, karena aparatnya berbeda partai atau ideologi politik dengan pelaku ekonomi yang melakukan investasi agribisnis di daerah. Pemerintah pusat perlu memberikan insentif lebih besar bidang perpajakan dan nonperpajakan untuk inisiatif investasi di tingkat daerah, terutama yang memberikan dampak ganda peningkatan kesempatan kerja.

Setiap daerah otonom perlu menjadi motivator dan fasilitator investasi, minimal dalam pertukaran informasi mengenai kandungan sumber daya (resource endowments) di daerah: lahan, tenaga kerja, sumber permodalan dan teknologi. Langkah awalnya dapat dimulai dari upaya penyediaan basis data dan informasi dalam menggalang kerja sama antardaerah, serta dalam fungsi koordinasi yang dijalankan oleh provinsi. Pemerintah tingkat provinsi sebagai perwakilan pemerintah pusat perlu menjadi koordinator yang lebih berwibawa untuk merumuskan dan menjalankan orkestra pengembangan ekonomi daerah.


Melalui langkah inilah semangat otonomi daerah akan membawa misi kepentingan nasional, keutuhan bangsa, dan kemajemukan perkembangan ekonomi yang mampu menghasilkan tingkat kemandirian daerah yang sebenarnya.

jika ingin berlangganan artikel silahkan masuk

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner