Friday, March 3, 2017

agribisnis bunga


Alhamdulillah, kita patut bersyukur bahwa Indonesia berada di garis khatulistiwa yang membuat negeri kita kaya akan keanekaragaman produk hortikultura baik buah, sayuran, termasuk bunga. Kita punya kota penghasil bungayang terkenal seperti di Manado, Bandung, Malang, Aceh Tengah. Kita juga memiliki gerai bunga potong segar dengan pendingin sollarcell (sel surya), hasil hibah Kementerian Pertanian di Bandung yang dikelola petani dan diawasi pemerintah setempat yang menjadi percontohan nasional. Harapannya jika metode ini dapat diperbanyak di tingkat-tingkat kecamatan sehingga budaya ramah lingkungan semakin tumbuh di masyarakat.

Potensi agribisnis bunga sangat tinggi.Bisa kita ambil contoh untuk mawar.Permintaan bunga mawar di pasar dalam negeri (domestik) cenderung meningkat, terutama di kota-kota besar. Kota Jakarta menyerap bunga-bunga terbesar dengan omzet dan peredaran uang mencapai Rp25,8 miliar per tahun (2014). Permintaan bunga mawar ±20.000 kuntum per hari, ini adalah gambaran cerah bagi kalangan wirausahawan di berbagai daerah (wilayah) di Indonesia untuk mengelola agribisnis bunga mawar, terutama yang lokasinya strategis dekat dengan kota-kota besar.
  
Teknologi sel surya yang dihibahkan Kementan terdiri atas 104 panel.Dari panel-panel ini, sinar matahari ditangkap, disimpan, dan dikonversi menjadi daya listrik.Daya listrik hasil tangkapan sinar matahari inilha yang digunakan untuk menyalakan AC di ruangan tempat menyimpan bunga potong.Suhu dipertahankan antara 10-12 derajat Celsius untuk menjamin kesegaran bunga selama tiga hari.Sebelum pengenalan teknologi pendinginan seperti ini, bisnis bunga potong di Kota Bandung berlangsung secara tradisional.Bunga hanya berumur dua hari.Untuk menjamin keawetan bunga sejak dari kebun, juga tersedia truk dengan boks pendingin masing-masing untuk kelompok petani bunga di Bandung Barat, Cianjur, serta Sukabumi.

Berdasarkan data BPS tahun 2015, perkembangan produksi komoditas hortikultura terus meningkat.Untuk 4 komoditas utama tanaman hias seperti anggrek, krisan, mawar, sedap malam, termasuk tanaman hias lainnya naik sekitar 8,3 % pada tahun 2014 dari tahun 2013. Terbesar di mawar naik sekitar 13,8% dan krisan 10,34%. Persentase produksi tanaman hias masing-masing komoditas utama tanaman hias krisan 57,67%, mawar 23,36%, sedap malam 14,12%, anggrek 2,66%, sisanya 2,19% tanaman hias tangkai lainnya. Hal ini terjadi karena permintaan di masyarakat yang semakin meningkat seiring meningkatnya tingkat pendapatan serta kesadaran akan pentingnya komoditas hortikultura untuk kesehatan.

Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, beberapa komoditas menjadi unggulan ekspor seperti anggrek.Alhamdulillah nilai ekspornya juga meningkat meski kecil.Nilai ekspor tanaman hias pada 2015 mencapai USD 24 juta.


Mes­kipun sudah ada yang membudidayakan bunga Mawar, peluang agribisnis Mawar ini masih memiliki potensi yang besar untuk te­rus ditingkatkan.

1 comment:

jika ingin berlangganan artikel silahkan masuk

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner