Saturday, March 11, 2017

agribisnis di indonesia

agribisnis di indonesia

Potensi Agribisnis Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) – Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat memenuhi kebutuhan hidup umat manusia. Mulai dari tumbuhan, hewan, minyak bumi dan puluhan jenis logam – semua tersedia di tanah yang kita pijak.

Bila ditilik dari jaman penjajahan kolonial, para pendatang asing ini rela berlayar ratusan ribu kilometer ke Indonesia hanya untuk mengambil hasil kekayaan perkebunannya – karet, coklat, kelapa sawit, cengkeh bahkan kayu.
Dari sektor pertanian, Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi yang terdepan apalagi didukung dengan iklim tropis dan tanah yang subur untuk bercocok tanam. Tak heran bila agribisnis di negeri ini menjadi salah satu fokus utama pembangunan nasional yang digalakkan oleh pemerintah RI.


Bila Anda pergi ke kota Batu, Jawa Timur, Anda akan merasakan sejuknya udara dan hijaunya pemandangan. Tak heran jika prospek agribisnis di kota ini begitu cerah. Bisnis buah dan sayur mayur sangat terlihat kesuksesannya, apalagi bila Anda mengunjungi area Dewi Sri, di kota Batu.
Adalah Hari Cahyono, pengusaha di bidang agribisnis berlabel HC Putra. Profilnya pernah menghiasi halaman Malang Post dan ia termasuk salah satu pebisnis sukses yang menggeluti bidang pertanian.

“Hal itu pasti tidak akan terjadi kalau kita tahu kiatnya,” ujarnya saat ditanya seputar kendala bisnis sayur mayur. Awalnya ia pun kesusahan karena tidak memahami plus minus dari sektor perkebunan. Ia pun langsung turun ke lapangan dan menanyakannya ke para petani setempat.

Produk agribisnis milik Hari meliputi kol, wortel, daun bawang hingga kubis. Potensi ini cukup besar; bahkan kini HC Putra pun telah memasok hingga ke luar pulau.

Hal serupa dirasakan pula oleh para petani yang sukses meraup untung lewat bercocok tanam. Sugianto Ngurawan adalah petani yang berasal dari Sulawesi Utara. Sebagai seorang petani, penghasilannya mencapai 100 juta Rupiah sekali panen!

7 tahun yang lalu, Sugianto hanyalah seorang pekerja yang menanam jagung di lahan pemiliknya di daerah Tutuyan. Karena telah memahami betul teknik bercocok tanam, petani gigih ini pun memulai menanam bibit jagung di lahan kecil miliknya sendiri.
“Waktu itu bibitnya hanya 2 kilo saja, dan modal saya putar terus,” jelasnya. Menurut kerabat Sugianto, mereka sangat pesimis kalau ia bisa meraup untung dari hasil membanting tulang di lahan jagung. Kini, mereka harus menelan ludah karena Sugianto menjadi petani sukses. Bayangkan saja, dalam waktu satu tahu, Sugianto mampu menghasilkan 45 ton jagung!
Perhitungan agribisnis jagung

Sugianto menjelaskan lebih lanjut kalau modal yang digunakannya untuk membasmi hama, menanam jagung dan memberi pupuk jumlahnya sekitar 8 juta Rupiah. Mengapa bisa sangat kecil? Karena hampir dari separuh proses produksi dikerjakan sendiri.

Proses penyemprotan anti hama dilakukan dua kali saat usia jagung 2 minggu dan 35 hari. Keuntungan awal yang ia peroleh sekitar Rp. 4.200,- per kilo. Pria yang tumbuh besar di keluarga sederhana ini lantas menjelaskan bahwa kerja keras sebagai petani bisa membuahkan hasil yang melimpah bila kita tahu cara pengelolaannya.

Dukungan pemerintah terhadap agribisnis Indonesia

Saat ini, pemerintah Indonesia pun sedang getol mengembangkan sektor agribisnis. Di Bali, pengelolaan dengan sistem Subak menghasilkan produksi yang meningkat apalagi dengan adanya dukungan Kredit Usaha Mandiri yang memang dikhususkan bagi pengusaha kecil dan menengah.

Dari segi finansial, modal usaha agribisnis di Bali cukup terpadu dan produktif dalam menciptakan ketahanan ekonomi area tersebut. Peningkatan yang dirasakan pun cukup signifikan. Menurut hasil penelitian Gede Sedana, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar, adanya Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) menjadi modal sosial yang cukup baik bagi perkembangan sektor bisnis ini.

Para petani Subak Guama, Bali sedang memanen padi.
Kegiatan usaha yang diberikan pun dari hulu ke hilir – mulai dari penanaman benih padi, proses pupuk kompos, hingga penyediaan alat mesin dan pertanian. Manfaatnya pun dapat dirasakan oleh petani Bali secara langsung karena Sisa Hasil Usaha yang mereka dapatkan terus meningkat.

Potensi Agribisnis Indonesia

Bila dapat dijelaskan secara ringkas dan sederhana, potensi agribisnis di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

Berkat kondisi geografis Indonesia yang potensial dari segi agricultural; sektor agribisnis menjadi nilai tambah untuk mendukung perekonomian nasional. 45% dari nilai tambah perekonomian Indonesia berasal dari agribisnis.
Agribisnis telah membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia karena proses pengolahan dan produksinya masih secara manual dan melibatkan banyak sumber daya manusia.

Sektor agribisnis Indonesia merupakan sumber daya yang alami. Di pasar global, sektor industri seperti ini tidak bisa dilakukan dengan mudah karena keterbatasan sumber daya alam maupun letak geografisnya. Maka dari itu sektor agribisnis Indonesia memiliki nilai dagang yang kompetitif dan berkontribusi besar terhadap hasil ekspor.Agribisnis menyediakan bahan pangan bagi masyarakat sehingga akses ke bahan-bahan pokok seperti beras sangat mudah dan terjangkau. Hal ini tentu saja berdampak langsung pada ketahanan pangan nasional dan stabilitas ekonomi suatu negara.

Di era yang serba instan dan cepat saat ini; sektor agribisnis bisa di remodel agar menjadi bisnis yang lebih atraktif. Karena saat ini sektor pangan cukup naik daun dan membutuhkan sumber daya yang memadahi untuk memenuhi demand masyarakat.

Semakin banyak masyarakat yang memahami dan peduli terhadap kesehatan sehingga mereka pun mencari sumber bahan pangan yang alami dan tidak melalui banyak proses kimiawi. Sektor agribisnis dapat menunjang permintaan tersebut.

Agribisnis berasal dari sumber yang diperbarui. Sayuran dapat ditanam lagi di lahan yang sama. Jadi, hasil agroindustri tidak akan mengalami pengurasan. Sifat renewable inilah yang menjadi salah satu keunggulan dalam industri ini.
Indonesia merupakan lahan potensial dengan teknologi padat tenaga kerja. Jadi, baik skala kecil maupun besar, pengembangan segmen usaha ini cukup fleksibel dan dapat dilakukan dengan cepat.


Tak dapat dipungkiri, sektor pertanian di Indonesia memainkan tugas penting dalam meningkatkan perekonomian negeri. Agribisnis di Indonesia membuka lahan pekerjaan bagi siapa saja mulai dari buruh tani hingga pengusaha perkebunan itu sendiri. Meski begitu, dalam perkembangannya, industri perkebunan haruslah dibarengi dengan manajemen dan sumber daya yang baik agar dalam prosesnya tidak merugikan pihak pihak tertentu.

No comments:

Post a Comment

jika ingin berlangganan artikel silahkan masuk

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner